Pengumuman Penting

PENGUMUMAN PENTING

Yuk ngumpul saja di satu tempat, jangan mencar-mencar, di koki-kolomkita.blogspot.com saja…..

Terima kasih

Dua Mangkok di Theresia

Lizzie – Nanjing & BurPit – Jakarta

Penuturan Lizzie yang Kalap:

Salah satu keinginan yang tidak bisa dihilangkan setiap mudik ke Jakarta adalah makan. Dalam arti makan makanan khas Indonesia.

Minggu lalu, aku berkesempatan mudik walau hanya 3 hari. Sebelum mudik sudah terbayang-bayang makanan yang wajib dikunjungi. Salah satunya adalah tempat jajan di sekolah Theresia, di Jln. Lombok.

Entah sejak kapan jajanan di depan sekolah Theresia ini menjadi kondang, bukan hanya anak-anak sekolah tetapi pekerja-pekerja perkantoran juga menyukai jajan di sini.

picture-037

picture-042

Rasanya sejak jadul belasan tahun lalu, ketika aku masih bekerja di Jakarta. Mungkin bagi yang menetap di Jakarta, jajanan di sana biasa-biasa saja. Tetapi bagi tinggal di luar negeri, duh jajanannya sangat istimewa.

Dimulai pada jam 12.30 , ketika selesai meeting tiba-tiba ada sms masuk “tunggu di kantornya BurPit, aku segera ke sana” hmmmm sms dari Buto.

Segera meluncur ke kantor burpit, keluar dari taxi lha ada yang nongkrong di tangga. Ups ternyata burung pipit sudah menunggu. Sambil menunggu Buto, kita sempat jajan di Sakura Anpan Bakery. Tidak lama kemudian Buto datang segera meluncur ke tempat kejadian tempat pertumpahan bakmi.

Jalan ini tidak berubah banyak, tetap seperti dulu. Gerobak-gerobak jajanan berjejer sepanjang jalan. Salah satu yang paling dicari adalah Bakmi Asun. Inilah foto gerobak bakmi Asun berikut Asun-nya.

picture-026

picture-032

Tanpa basa basi, langsung deh tancap pesan bakmi Asun 3 mangkok, eit buat bertiga ya, bukan aku sendiri. Hmmmm rasanya selangit deh…

Setelah bakmi, kaki melangkah ke depan nah kali ini rujak sasarannya. Dengan mangga, jambu dan bangkuang serta bumbunya hmmmm nyam nyam..

picture-035

img_1449

Habis rujak, kepengin makan gorengan…nah BurPit udah beli gorengan duluan nih kecil-kecil makannya banyak, hehehe ampun ya jangan diketok.

Gorengan yang kupilih tempe, ubi dan tahu. Ini juga dibagi sama Buto, secara Buto kan makannya banyak.

picture-028

Habis gorengan, segera meluncur ketempat otak-otak. Ini otak-otak jadul bukan seperti otak-otak yang besar-besar, otak-otak ini kecil-kecil dan ada yang bulat-bulat..hmmm enak juga.

picture-029

picture-030

Sasaran berikutnya es goyang, nah tau kan es goyang. Bikinnya harus digoyang-goyang kali jadinya dinamakan es goyang. Ada rasa kacang, kacang ijo, kacang merah, cokelat.

picture-031

picture-038

Wuit, pas balik ke pangkalan ternyata sudah menunggu leker. Leker ini garing kriuk kriuk variasi lain dari martabak manis..ini katanya kesukaan BurPit.

Ocehan BurPit:

Bagi saya yang sehari-hari berada di kawasan Monas – Sabang – Thamrin, Jakarta, lokasi sekolah dan gereja Theresia – Menteng, bukanlah kawasan yang asing.

Kawasan ini dijadikan tempat alternatif untuk sarapan dan mengisi perut di siang hari. Namun, karena kali ini diundang oleh Lizzie untuk ikutan bergabung, saat itu saya langsung bersedia bergabung menyusuri jajanan di sepanjang trotoar kawasan tersebut.

Biasanya setiap hari (kecuali hari Minggu dan libur nasional), sepanjang trotoar disana selalu rame. Suasana akan mencapai orgasme begitu jam menunjukkan waktu makan siang, karena bertepatan dengan bubaran anak sekolah. Anak-anak sekolah, orang tua yang menjemput anak dan karyawan/ti yang berkantor di sekitar sana tumpah ruah di jalan itu. Kalau begini, jangan tanya deh gimana traffic disana…. PAMER SUSU, alias padat merayap suk-suk’an.

Sebenernya banyak banget jajanan/makanan yang ditawarkan di kawasan itu, tapi sejak awal ketemu Lizzie, keliatannya dia udah ngidam berat sama Mie Asun. Nama Asun, konon singkatan dari Anak Sunda (bukan Adik Sun Rise), yaitu Nisan, sang pemilik, yang berasal dari Sunda. Mie Asun bertengger di lokasi itu sudah sejak tahun 1970-an dan penjual yang sekarang, merupakan orang ketiga yang menjalani usaha tersebut.

Kalo menurut saya pribadi, rasa Mie Asun ini biasa aja, sama seperti kebanyakan mie ayam lainnya di Jakarta. Tapi entah kenapa Mie Asun ini begitu laris, sampai-sampai jika tiba waktunya makan siang, jangan harap bisa melihat gantengnya muka si penjual yang penuh keringat, bisa liat gerobaknya-pun sudah untung… hehehe…

Suatu hari saya pernah tanya ke si penjual, berapa banyak porsi yang dia bawa setiap harinya. Jawabnya, sekitar 200 porsi mie…. ! Bayangkan berapa omsetnya per hari jika harga 1 porsi mie di kisaran 9,000 rupiah. Untunglah saat kami bertiga (Lizzie, JC dan saya sendiri) sampai di sana, waktu sudah menunjukkan jam 1 siang. Keadaannya jauh lebih sepi dibanding kalau datang pas jam 12 siang. Kami jadi bisa leluasa ngicipi berbagai jenis jajanan, termasuk Lizzie yang leluasa menghabiskan 2 PORSI Mie Asun.

picture-027

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, selain Mie Asun di kawasan ini banyak pedagang kaki lima yang menjajakan makanan, sebut aja bakso, tukang es jeruk dan minuman ringan, aneka gorengan, tahu gejrot, es podeng, es goyang, otak-otak, siomay, cireng, cakwe, rujak, kue cubit, kue pancong, gulali dan salah satu favorit saya yaitu kue leker (crepe-nya orang Jawa, hehehe).

picture-025

picture-044

Rasanya ngga kalah pamor sama crepes yang ada di mall-mall, malah kalo saya bilang yang ini lebih maknyuss… Dan eh, ternyata JC juga seneng kue ini lho, terbukti serpihan-serpihan dari kue inipun ngga luput dari cengkraman mulutnya.

Setelah puas liat Lizzie makan dan belanja makanan, suerrr….. JC dan saya hanya bisa melongo liat berbagai makanan yang dibeli Lizzie. Mungkin kalau si tukang ketoprak ngga keberatan, Lizzie pasti udah membungkus gerobak ketopraknya ke dalam kantong plastik kresek. Sekitar jam 2 lebih waktu Jakarta, kami sepakat untuk mengakhiri wisata kuliner siang itu. Di depan gedung kantor saya, kami berpisah. Saya kembali ke pangkuan para atasan saya untuk dikerjain, sementara JC dan Lizzie menuju hotel…. maksudnya, JC ngantar Lizzie ke hotel dimana Lizzie menginap, gitu kan…?

img_1464

picture-045

BurPit selesai berkicau….

Dari Pawonku ke Pawon Kita

Secuil Curhat-an dari Kokier Penggembira – Peony

Dear Zev and all Kokiers dimana pun ada berada…

Hari ini saya sedikit terhenyak saat mendapati ada rumah baru buat kita semua…

Rumah yang menurut sang Penggagas adalah “Gubuk”… tapi apa ada masalah ya kalo ukuran rumah kita gak segede ‘Mansion’??? enggak kali ya… khan yang penting kebersamaanya…

Bicara mengenai kebersamaan, ijinkan saya pada kesempatan kali ini ingin membagikan kenangan-kenangan manis saya bersama KOKI dan seluruh elemen pendukungnya, dari sejak awal ketemu ‘KOKI’ (masih kolom kesehatan..) hingga hari ini…

Let’s story back to the good old day…

Pada suatu hari (eh kok kayak ‘dongeng’ ya pembukanya) saya sedang sangat jenuh dikantor… iseng-iseng (berhadiah) saya klik semua situs warta yang saya tahu address-nya… pastinya gak ketinggalan kompas.com, kolom demi kolom saya buka sampai saya masuk ke Kolom Kesehatan dan tertumbuk ke satu tulisan menarik (cukup legendaries kalo menurutku) dari Ibu RO…. Sejak hari itu, saya gak pernah absen buka kolom ini tiap hari (abis, addicted lho..)

Singkat cerita, kolom ini punya nama yang bagus dan paten.. KOKI, kemudian rumahnya diobrak-abrik crackers dan akhirnya pindah ke Mansion dengan fasilitas srikiti (eh maksudnya sekuriti) yang cuanggihhhh tapi awalnya susah dibuka (mungkin karena internet connection di tempat saya agak lelet ya..).

Hari demi hari, saya asyik banget sebagai silent reader yang sangat setia, meski sebenarnya saya ingin sekali terlibat aktif didalamnya, hingga suatu hari di bulan Oktober 2008 saya membaca artikel Mas Plux di KOKIFood “Persekutuan Bumbu-bumbu Pesisir” dimana ada ‘cumi goreng item’ yang menggoda dan memang menu favorit saya… Tring… ada ide nih, saya tulis aja resep cumi item trus kirim deh..

Menunggu memang gak enak ya.. deg-degan dikit plus H2C (harap-harap cemas), sembari mikir, layak tayang gak ya… eh akhirnya ditayang lho… asli seneng dan bangga banget lho… maunya tiap orang dikabari sambil dikasih liat print-out halaman KOKI tersebut.. (norak ya… he..he..he..)

Kemunculan artikel perdana itu memacu semangat saya untung menulis lagi dan lagi, memperbaiki gaya penulisan dan tata artistik foto-foto hidangan saya yang akan disertakan dalam tayangan.. (ini semua karena saya mendapat masukan berharga dari beberapa Kokiers / Kokoers, thanks ya..).

Eh gak disangka, ternyata ada juga lho beberapa Kokiers yang sudi mencoba resep ala pawon saya di pawon mereka masing-masing… Jujur ada kebanggaan dan kebahagian tersendiri saat saya tau kalo menu-menu sederhana dari pawon-ku ternyata juga bisa hadir di pawon Kokiers lainnya..

Kebahagian juga bertambah saat menerima feedback atas resep-resepku yang mereka coba.. Ada beberapa yang kurang berhasil, tapi rata-rata sih sukses pada percobaan pertama.. (maklum khan resepnya sederhana)..

Ada juga rekan Kokiers yang sudi minta dicarikan resep-resep tertentu.. beberapa sudah saya penuhi tapi ada juga yang masih di-utang, tapi saya pasti penuhi suatu hari nanti, karena saya sudah janji dan janji khan utang yang mesti dibayar (ditepati)…

Hampir semua tulisan yang saya kirim, ditayang di KOKI, hanya ada 1 saja yang masih dalam ‘penantian’ entah apa masih bisa ditayang atau tidak… sempat juga sih agak sedikit sedih kok tulisan yang satu itu gak tayang juga… sedangkan tulisan-tulisanku berikutnya udah tayang…
Kembali, menikmati masa ‘penantian’ memang tidak mengenakkan…

Dalam masa penantian, ada beberapa tulisan sudah dipersiapkan… Belum sempat dikirimkan.. eh kok saya ‘nemu’ rumah baru… apa besok-besok saya ‘pos’ ke rumah baru aja ya…

Ohya, karena KOKI ini saya jadi lebih pinter lho… selain tambah pinter masak (thanks to Jeng Tjantik, Jeng Fabiola, Jeng Suika, Jeng Phie, Jeng SilviaU, Om JC, Jeng Jejen, Mas Bejan, dan Kokiers lainnya yang sudah berpartisipasi dalam Kokifood), saya juga jadi melek sejarah Indonesia dan internasional (terutama Amerika Serikat) – thanks to Pak Harry Lukman dan Pak Iwan S Kamah, saya juga jadi lebih pinter dalam potret memotret – thanks to Pak Djoko P, Romo Flores, Om JC dan Kokiers jago photography lainnya.. , saya jadi lebih pinter dalam ‘membahagiakan’ suami – thanks to Jeng La Rose D, Jeng Lea, Jeng Srikandi dan Kokiers lainnya, saya juga sering dapet hiburan segar dengan baca tulisan Mas Fire dan Nyi Dch, juga karena karikatur Pak Prabu… saya juga belajar banyak bagaimana bicara jujur apa adanya dari Jeng Ria Wassef, dan masih banyak ilmu-ilmu sosial lainnya yang saya yakin tidak akan pernah bisa saya dapatkan ditempat lain… Terima kasih untuk semua Kokiers dimanapun anda berada…
Dan untuk semua itu saya berterima kasih sebesar-besarnya kepada Mamak Zeverina, untuk semua jerih payahnya menggagas dan merawat komunitas kita ini…

OK deh semua… sampai ketemu lagi di rumah baru, biar ‘bukan mansion’ lagi, tapi tetap semangat ya… terus menulis dan saling memperkaya wawasan kita masing-masing…

Selalu memasak (dan menulis) dengan sepenuh hati, Peony

So Long, Farewell

Dengan berat hati 2 kata tsb harus diucapkan, tidak tega memang, tapi itulah kenyataan yang harus dihadapi.

Beberapa saat belakangan Z menghadapi tekanan-tekanan berat yang sampai pada kesimpulan KoKi harus bubar dengan paksa. KoKi dianggap bukan identitas Kompas, tapi Kompasiana’lah yang merupakan identitas ‘resmi’ dari Kompas. Clicks yang sehari mencapai 3 juta membuat ngiler Kompasiana. KoKi bukanlah citizen journalism yang diakui oleh Kompas, padahal KoKi lah cikal bakal citizen journalism Kompasiana….

Apa mau dikata…

Per 1 Mei 2009, KoKi yang belum genap 3 tahun usianya…harus rela untuk dibunuh oleh induk semangnya, oleh orangtua kandungnya sendiri….

Untuk semua KoKiers, silakan saja, seperti yang ditulis Juwita dan JC di http://community.kompas.com/read/artikel/2643 Di Mana Rumahmu? Silakan saja bagi siapa saja yang ingin bergabung dengan bentuk baru dari Citizen Journalisme versi ‘resmi’ Kompas ya bebas saja….

Sementara bagi yang rela untuk kembali untel-untelan (meminjam istilah Pak Djoko Paisan), seperti di rumah lamaaaaa dulu, ya mari mampir ke https://bravokokiers.wordpress.com/ atau di http://koki-kolomkita.blogspot.com dan untuk mengirimkan tulisan-tulisan KoKiers masih di tempat yang sama ke kokizeverina@gmail.com atau zeverina.koki@yahoo.co.id atau bravokokiers@gmail.com atau koki.kolomkita@gmail.com

Rumah persinggahan itu dirancang untuk sementara waktu menampung KoKiers yang masih ingin berkumpul bersama sambil menunggu Z berpikir langkah-langkah yang harus ditempuh selanjutnya…..

Mari kita nyanyikan bersama So Long, Farewell….

Tapi apapun yang terjadi, legacy yang sudah kita tinggalkan bersama akan STAY FOREVER bahwa Langit KoKi pernah ada dan tetap akan ada….

Sekilas mengenai sejarah KoKi yang begitu pendek….

Welcome KoKiers

Selamat datang KoKiers, ini gubuk kita bersama, semoga tidak keberatan untel-untelan di gubuk lagi kayak dulu


Recent Comments

Ininnawa on Welcome KoKiers
Ininnawa on Welcome KoKiers
natya on Welcome KoKiers
natya on Welcome KoKiers
Catharina Lanny on So Long, Farewell